Perkembangan Kognitif dan Bahasa
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mengapa kita mesti mempelajari perkembangan
anak? Sebagai seorang guru setiap tahun Anda akan
bertanggung jawab untuk mendidik
anak-anak baru di kelas Anda. Semakin banyak Anda mempelajari perkembangan
anak, semakin banyak pemahaman Anda tentang cara yang tepat untuk mengajari
mereka. Masa kanak-kanak adalah fase yang penting dalam kehidupan manusia.
Namun di abad pertengahan hukum biasanya tidak membedakan antara kejahatan anak
dan dewasa, dan anak-anak diperlakukan sebagaimana orang dewasa. Sekarang kita
memandang anak secara berbeda, tidak seperti di abad pertengahan. Kita
memandang masa kanak-kanak sebagai masa yang unik dan penuh wama dan merupakan
landasan penting untuk masa dewasa nanti. Pada periode ini kita melihat
anak-anak mulai belajar menguasai keahlian tertentu dan menghadapi tugas-tugas
baru. Kita menghargai masa kanak-kanak sebagai masa pertumbuhan dan perubahan
yang penting, dan kita menghabiskan banyak sumber daya untuk mengasuh dan
mendidik mereka.
Apa yang dimaksudkan oleh para psikolog ketika mereka
berbicara tentang perkembangan seseorang? Perkembangan adalah pola perubahan biologis,
kognitif, dan sosioemosional yang dimulai sejak lahir dan terus berlanjut di
sepanjang hayat. Kebanyakan perkembangan adalah pertumbuhan, meskipun pada
akhirnya ia mengalami penurunan (kematian). Pendidikan harus sesuai dengan
perkembangan ini. Artinya, pengajaran untuk anak-anak harus dilakukan pada
tingkat yang tidak terlalu sulit dan terlalu menegangkan atau terlalu mudah dan
menjemukan.
Pola perkembangan anak adalah pola yang kompleks karena
merupakan hasil dari beberaa proses: proses biologis, kognitif, dan
sosioemosional. Perekmbangan juga dapat dideskripsikan berdasarkan periodenya
yang bertujuan untuk mengorganisasi dan pemahaman. Dalam system klarifiaski
yang paling banyak dipakai, periode perekembangan meliputi periode bayi, usia
balita, periode sekolah dasar, masa remaja, dewasa awal, dewasa tengah, dewasa
akhir.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didapat beberapa masalah yang perlu
mendapat perhatian lebih, diantaranya yaitu:
1.
Bagaimana
perkembangan kognitif menurut pendangan Piaget?
2.
Bagaimana
perkembangan kognitif menurut pendangan Bruner?
3.
Bagaimana
perkembangan kognitif menurut pendangan Vygotsky?
4.
Bagaimana
perkembangan bahasa menurut pendangan Chomsky?
C.
Tujuan
Setelah diadakannya diskusi mengenai perkembangan
kognitif dan bahasa menurut beberapa ahli, yang telah dipaparkan sebelumnya.
Diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan dalam:
1.
Menjelaskan
perkembangan kognitif menurut pendangan Piaget.
2.
Menjelaskan
perkembangan kognitif menurut pendangan Bruner.
3.
Menjelaskan
perkembangan kognitif menurut pendangan Vygotsky.
4.
Menjelaskan
perkembangan bahasa menurut pendangan Chomsky.
D.
Metode
Dalam pembuatan makalah ini, metode yang kami gunakan
adalah observasi terhadap beberapa referensi buku bacaan yang berkaitan dengan
psikologi pendidikan baik dalam negeri maupun luar negeri, serta mengumpulkan
beberapa sumber bacaan yang telah kami unduh dari internet.
BAB
II
PERKEMBANGAN
KOGNITIF DAN BAHASA
A.
Perkembangan
Kognitif Menurut Pandangan Piaget
Proses
Kognitif
Proses
Kognitif. Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan skema
(kerangka kognitif atau kerangka referensi). Sebuah skema (sctrcmal adalah
konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk
mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Skema bisa merentang mulai
dari skema sederhana (seperti skema sebuah mobil) sampai skema kompleks (seperti
skema tentang apayang membentuk alam semesta). Anak usia enam tahun yang
mengetahui bahwa lima mainan kecil dapat disimpan didalam kotak kecil berukuran
sama berarti ia sudah memanfaatkan skema angka atau jumlah. Minat Piaget
terhadap skema difokuskan pada bagaimana anak mengorganisasikan dan memahami
pengalaman mereka. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang
bertanggungjawab atas cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema mereka:
asimilasi dan akomodasi.
1.
Asimilasi tedadi ketika seorang anak
memasukkan pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah ada. Yakni, dalam
asimilasi, anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema.
2.
Akonodasi terjadi ketika anak
menyesuaikan diri pada informasi baru. Yakni, anak menyesuaikan skema mereka dengan
lingkungannya.
Piaget
juga mengatakan bahwa untuk memahami dunianya, anak-anak secara kognitif
mengorganisasikan pengalaman mereka. Organisasl adalah konsep piaget yang
berarti usaha mengelompokkan perilaku yang terpisah-pisah ke dalam urutan yang
lebih teratur, ke dalam sistem fungsi Kognitif. Setiap level pemikiran akan
diorganisasikan. Perbaikan terus-menerus terhadap organisasi ini adalah bagian
inheren dari perkembangan. Dengan cara yang sama, anak-anak teru
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan banyak cabang pengetahuan lainnya yang
sering kali berkembang secara independen. Organisasi terjadi di dalam tahap
perkembangan. Menurut Piaget, semakin banyak informasi tidak membuat pikiran
anak semakin maju. Kualitas kemajuan berbeda-beda. Tahapan Piaget itu adalah:
1.
Tahap sensorimotor
Tahap ini, yang
berlangsung sejak kelahiran sampai sekitar usia dua tahun, adalah tahap
Piagetian pertama. Dalam tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan
mengoordinasikan pengalaman indra (sensory) mereka (seperti melihat dan
mendengar) dengan gerakan motor (otot) mereka (menggapai, menyentuh dan
karenanya diistilahkan sebagai sensorimotor. pada awal tahap ini, bayi
memperlihatkan tak lebih dari pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia.
Menjelang akhir tahap ini, bayi menunjukan sensorimotor yang lebih kompleks.
2.
Tahap pra-operosional
Tahap ini adalah tahap
Piagetian kedua. Tahap ini berlangsung kurang lebih mulai dari usia dua tahun
sampai tujuh tahun ini adalah tahap pemikiran yang lebih simbolis ketimbang
pada tahap sensorimotor tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional Namun,
tahap ini lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis.
3.
Tahap Operasional Konkret
Ini adalah tahap
perkembangan kognitif piagetian ketiga, dimulai dari sekitar umur tujuh tahun
sampai sekitar sebelas tahun. Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan
operasi. penalaran logika menggantikan penalaran intuitif tetapi hanya dalam
situasi konkret. Kemampuan menggolong-golongkan sudah ada, tetapi belum bias
memecahkan problem-problem abstrak.
4.
Tahap Operasional Formal
Tahap ini yang muncul
pada usia tujuh sampai lima belas tahun, adalah tahap keempat menurut Piaget
dan tahap kognitif terakhir. Pada tahap ini individu sudah memikirkan
pengalaman di luar pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak,
idealis, dan logis.
B.
Perkembangan
Kognitif Menurut Pandangan Bruner
Bruner memiliki pandangan mengenai
proses belajar yaitu langkah-langkah bagaimana orang memilih, mempertahankan,
dan mentransformasikan informasi secara aktif. Dimana perhatian tentang
kognitif Bruner berpusat pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan
informasi yang diterimanya, dan apa yang akan dilakukannya sesuah memperoleh
informasi untuk mendapatkan pemahaman yang memberikan kemampuan tersendiri
baginya.
a)
Konsep
Jerome Bruner dalam menyusun teori
perkembangan kognitif memperhitungkan enam hal, yaitu sebagai berikut:
1. Perkembangan
intelektual ditandai oleh meningkatnya variansi respon terhadap stimulus.
Anak yang pada mulanya berada dalam
kendali stimulus, belajar membebaskan diri dari stimulus. Ketika anak itu
memperoleh sistem bahasa, mere belajar memediasi hubungan antara stimulus dan
respon. Dengan mediasi itu, anak belajar membedakan gratifikasi, memodifikasi
respon, dan memiliki respon yang sama walaupun stiulusnya berubah-ubah.
2. Pertumbuhan
tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem pengolahan informasi yang
dapat menggambarkan realita.
Anak-anak tidak dapat
memprediksikan atau mengeksplorasi hasil yang akan dicapai apabila mereka tidak
belajar sistem simbol yang mencerminkan dunia. Oleh karena itu, untuk memahami
pengalaman yang ada di luar dirinya, anak memerlukan representasi mental
tentang dunia di sekitarnya.
3. Perkembangan
intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada dirinya
sendiri dan orang lain, melalui kata-kata atau simbol, mengenai apa yang telah
dikerjakan dan apa yang dikerjakannya. Hal ini menjelaskan adanya kesadaran
diri. Tanpa perkembangan untuk menggambarkan kegiatan masa lalu dan masa depan,
maka tidak akan terjadi perilaku analitik yang diarahkan pada dirinya sendiri
atau terhadap lingkungannya.
4. Interaksi
antara guru dengan siswa adalah penting bagi perkembangan kognitif. Orang tua,
guru, dan anggota masyarakat harus mendidik anak-anak. Kebudayaan yang ada di
masyarakat tidak cukup mampu mengembangkan perkembangan intelektual anak,
sehingga guru harus menafsirkan dan berbagi kebudayaan dengan anak agar mereka
mengalami perkembangan intelektual.
5. Bahasa
menjadi perkembangan kognitif. Setiap
individu belajar menggunakan bahasa untuk memediasi peristiwa yang terjadi di
dunia. Kemampuan berbahasa ini menjadi sarana untuk mengaitkan berbagai
peristiwa dalam bentuk sebab akibat.
6. Pertumbuhan
kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai
alternatif secara simultan, melakukan berbagai kegiatan secara bersamaan, dan
mengalokasikan perhatian secara runtut pada berbagai situasi tertentu.
b)
Tahap-Tahap
Perkembangan
Bruner memahami karakteristik
perkembangan kognitif tidak didasarkan pada usia tertentu, namun berdasarkan
pengamatannya terhadap perilaku anak. Adapun tahap-tahap perkembangan kognitif
menurut Bruner, yaitu:
1.
Tahap enaktif (0-2 tahun)
Pada tahap ini, anak memahami
lingkungannya. Misalnya, tidak ada kata yang membantu orang dewasa ketika
mengajar anak berlatih naik sepeda. Belajar naik sepeda berarti lebih
mengutamakan kecakapan motorik. Pada tahap ini, anak memahami objek sepeda
berdasarkan apa yang dilakukannya, misalnya dengan memegang, menggerakkan,
memukul, menyentuh, dan sebagainya.
2.
Tahap ikonik (2-4 tahun)
Pada tahap ini, informasi dibawa
anak melalui imageri. Anak menjadi tahanan atas dunia perseptualnya. Anak
dipengaruhi oleh cahaya yang tajam, gangguan suara, dan gerakan. Karakteristik
tunggal pada objek yang diamati dijadikan sebagai pegangan, dan pada akhirnya
anak mengembangkan memori visualnya.
3.
Tahap simboik (5-7 tahun)
Pada tahap ini,
tindakan tanpa pemikiran terlebih dahulu dan pemahaman perseptual sudah
berkembang. Bahasa, logika, matematika memegang peranan penting. Tahap simbolik
ini memberikan peluang anak untuk menyusun gagasannya secara padat, misalnya
menggunakan gambar yang saling menghubungkan bentuk-bentuk rumus tertentu.
Bruner
menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang berkembang dari tahap enaktif
ke ikonik dan pada akhirnya ke simbolik. Meskipun demikian, bukan berarti orang
dewasa tidak lagi mengkodekan pengalamannya melalui sistem enaktif dan ikonik,
namun karena adanya banyak pengalaman, orang dewasa lebih banyak menggunakan
cara berpikir simbolik dibandingkan dengan enaktif dan ikonik.
c)
Implikasi
dalam Pembelajaran
Implikasi tentang perkembangan
kognitif menurut Bruner dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1.
Anak memiliki cara berpikir yang berbeda
dengan orang dewasa. Guru perlu memperlihatkan fenomena atau masalah kepada
anak. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan wawancara atau pengamatan
terhadap objek.
2.
Anak, terutama pada pendidikan anak usia
dini dana anak SD kelas rendah, akan belajar dengan baik apabila mereka
memanipulasi objek yang dipelajari, misalnya dengan melihat, merasakan,
mencium, dan sebagainya. Pendekatan pembelajaran diskoveri atau pendekatan
pembelajaran induktif lainnya akan lebih efektif dalam proses pembelajaran
anak.
3.
Pengalaman baru yang berinteraksi dengan
struktur kognitif dapat menarik minat dan mengembangkan pemahaman anak. Oleh
karena itu, pengalaman baru yang dipelajari anak harus sesuai dengan
pengetahuan yang telah dimiliki anak.
Dalam pembelajaran,
Bruner menggunakan cara belajar discovery
learning (belajar penemuan) yang digagas sesuai dengan pencarian
pengetahuan atau ilmu secara aktif yang
dilakukan oleh si pembelajar atau siswa. Adapun hasilnya adalah apa yang
ditemukan akan memberikan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi si
pembelajar.
Menurut Bruner, dengan
menerapkan cara belajar discovery
learning akan memberikan tiga
manfaat besar bagi si pembelajar atau siswa, antara lain:
1. Pengetahuan
yang diperoleh akan dapat bertahan lama dan lebih mudah diingat dengan
dibandingkan dengan cara belajar mendengarkan.
2. Hasil
belajar yang didapat mempunyai efek ftransfer yang lebih baik dari hasil
belajar lainnya.
3. Dengan
belajar menggunakan metode discovery
learning, nalar si pembelajar akan aktif bekerja dan memiliki peningkatan.
Hal ini terjadi karena si pembelajar dituntut berpikir secara bebas.
Dengan demikian, cara
belajar Bruner dalam bingkai kognitif melibatkan tiga proses yang bersamaan,
yaitu sebagai berikut:
1. Memperoleg
informasi baru, artinya adanya penghalusan dan penambahan dari informasi yang
dimiliki seseorang sebelumnya.
2. Transformasi
informasi, artinya cara yang dilakukan oleh seseorang dalam menerapkan
pengetahuan barunya yang sesuai dengan tugasnya.
3. Menguji
relevansi dan ketepatan pengetahuan. Di sini adanya penilaian mengenai apakah
cara kita memperlakukan pengetahuan sudah cocok dengan tugas yang ada.
C.
Perkembangan
Kognitif Menurut Pandangan Vygotsky
Tiga
konsep yang dikembangkan dalam teori vygotsky
(Tappan,1998): (1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila di
analisis dan pahami apabila dianalisis dan di interpretasikan secara
developmental; (2) kemampuan kognitif yang di mediasi dengan kata, bahasa, dan
bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis untukmembantu dan
menstraformasi aktivitas mental; dan (3) kemampuan kognitif berasal dari relasi
social dan dipengaruhi oleh latarbelakag sosiokultural.
Vygotsky
berpendapat bahwa pada masa kanak kanak awal (early childhood ), bahasa mulai
digunaka sebagai alat yang membantu anak untuk merancang aktivitas dan
memecahkan problem. Vygotsky percaya bahwa kemampuan kognitif berasal dari
hubungan social dan kebudayaan. Oleh karena itu karena itu perkembangan anak
tidak bisa dipisahkan dari kegiatan social dan cultural ( Holland, dkk 2001 ).
Dia percaya bahwa perkembangan memori , perhatian dan nalar, melibatkan
pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat, seperti bahasa,
system matematika, dan strstegi memori. Pada satu kultur, konsep ketiga ini dimaksudkn
mungkin berupa pelajaran menghitung dengan menggunkan computer, namun dalam
kultur yang berbeda, pembelajaran ini mungkin berupa pelajaran berhitung
menggunakan batu dan jari.
Teori
vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif, artinya
pengetahuan didistribusikan di antara orang dan lingkungan, yang mencaku objek
artifak, alat, buku, dan komunitas tempat orang berinteraksi dengan orang lain.
Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan kognitif berasal dari situasi
social.
Vygotsky
mengemukakan beberapa ide tentang zone of proxsimal development (ZPD). Zone of
proximal development (ZPD) adalah serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai
anak secara sendirian, tapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau
anak yang lebih mampu. Untuk memahami batasan ZPD anak, terdapat batasan atas,
yaitu tingkat tanggung jawab atau tugas
tambahan yang dapat dikerjakan anak dengan bantuan instruktur yang mampu, diharapkan
pasca bantuan ini anak tatkala melakukan tugas
sudah mampu tanpa bantuan orang lain dan batas bawah, yang dimaksud
adalah tingkat problem yang dapat dipecahkan oleh anak seorang diri.
ZPD
menurut vygotsky menunjukkan akan pentingnya pengaruh social, terutama pengaruh
instruksi atau pengajaran terhadap perkembangan kognitif anak ( Hasse, 2001). Vygotsky member contoh cara menilai ZPD anak.
Misalnkan pada tes kecerdasan, usia mental dari dua orang anak adalah 8 tahun.
Menurut vygotsky, kita tidak bisa berhenti sampai disini saja. Kita harus
menentukan bagaimana masing- masing anak akan berusaha menyelesaikan problem
yang dimaksudkan untuk anak yang lebih tua. Kita membantu masing-masing anak
dengan menunjukkan, mengajukan pertanyaan, dan memperkenalkan elemen awal dari
solusi. Dengan bantuan atau kerjasama dengan orang dewasa ini, salah satu anak
berasil memecahkan persoalan yang sesungguhnya untuk level anak usia 12 tahun,
sedangkan anak yang satunya memecahkan problem untuk level anak usia 9 tahun.
Perbedaan antara usia mental dan tingkat kinerja yang mereka capai dengan
bekerjasama dengan orang dewasa akan mendefinisikan ZPD. Jadi, ZPD melibatkan
kemampuan kognitif anak yang berada dalam proses pendewasaan dan tingkat
kinerja mereka dengan bantuan orang yang lebih ahli (Panofsky, 1999). Vygotsky
(1987) menyebut ini sebagai “kembang” perkembangan, untuk membedakannya dengan
istilah :buah” perkembangan, yang sudah dicapai anak secara independen. Salah
satu Contoh aplikasi konsep ZPD adalah tutorial tatap muka yang diberikan pada
guru Selandia Baru dalam program Reading Recovery. Tugas ini dimulai dengan
tugas membaca yang sudah dikenal dengan baik, kemudian pelan-pelan memperkenalkan strategi membaca
yang belum dikenal dan kemudian menyerahkan control aktivitas kepada si anak
sendiri ( Clay & Cazden dalam Santrocks, 2008 ).
Scaffolding
yaitu teknik untuk mengubah tingkat dukungan. Selama sesi pengajaran, orang
yang lebih ahli ( guru atau siswa yang lebih mampu ) menyesuaikan jumlah
bimbingannya dengan level kinerja siswa yang di capai. Ketika tugas siswa yang
akan di pelajari merupakan tugas baru, maka orang yang lebih ahli dapat
menggunakan teknik intruksi langsung. Saat kemampuan sisa meningkt, maka
semakin sedikit bimbingan yang diberikan.
Dialog
merupakan alat penting dalam teknik ini di dalam ZPD . Didalam hal ini vygotsky
menganggap anak memmpunyai konsep yang banyak, namun tidak sistematis, tidak
teratur, dan spontan. Tatkala anak mendapatkan bimbingan dari para ahli, mereka
akan membahas konsep yang lebih sitematis, logis ,dan rasional.
Bahasa
dan pemikiran. Vygotsky berkeyakinan bahwa anak menggunakan bahasa bukan hanya
untuk berkomunkikasi saja, melainkan juga untuk merencanakan, memonitor
perilaku mereka dengan caranya sendiri. Penggunaan bahasa untuk mengatur diri
sendiri, dinamakan pembicaraan batin (inner speech) atau berbicara sendiri
(private speech). Menurut piaget, berbicara sendiri bersifat egosentris dan
tidak dewasa tetapi menurut vygotsky adalah alat penting bagi pemikiran selama
mas kanak kanak. Tatkala anak sering meakukan pembicaraan batin, ia justru akan
lebih kompeten secara social. Karena anak menginternalisasikan pembicaraan
egosentrisnya dalam bentuk pembicaraan batin kemudian pembicaraan batin ini
menjadi pemikiran mereka. Oleh karena itu pembicaraa batin dapat
mempresentasikan transisi awal untuk menjadi lebih komuniktif secara social.
Pandangan
vygotsky menentang gagasan piaget tentang bahasa dan pemikiran. Vygotsky
mengatakan bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang paling awal sekalipun,
berbasis social, sedangkan piaget lebih menganggap pembicaraan anak sebagai
nonsosial dan egosentris. Menurut vygotsky, ketika anak kecil bicara kepada
dirinya sendiri, mereka menggunakan bahasa untuk mengatur perilaku mereka
sendiri, sedangkan piaget percaya bahwa kegiatan bicara dengan diri sendiri itu
mencerminkan ketidakdewasaan (immaturity). Para periset menemukan bukti yang
mendukung pandangan vygotsky tentang peran positif dari private speech dalam
perkembangan anak (Winsler,Diaz & Montero, 1997).
Dalam
teori Vygotsky, orang lain dan bahasa merupakan bagian peran penting dalam
perkembangan kognitif seorang anak. Teori Vygotsky merupakan pendekatan
konstruktivis sosial yang menekankan konteks sosial pembelajaran dan konstruksi
pengetahuan melalui interaksi sosial. Bagi Vygotsky, anak-anak mengonstruksi
pengetahuan melalui interaksi sosial. Perkembangan kognitif seseorang disamping
ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan
social secara aktif. Menurut
Vygotsky aspek kognitif anak akan berkembang dengan sangat baik bilamana
anak-anak tidak hanya bermain melakukan eksperimen pada alat-alat mainnya
tetapi juga berinteraksi dengan orang dewasa dan teman-teman sebayanya yang
memiliki pengetahuan lebih banyak darinya. Pada saat anak bermain didampingi
oleh guru yang memberikan bimbingan lisan, bantuan fisik, dan
pertanyaan-pertanyaan terbuka akan dapat membantu anak meningkatkan
keterampilan dan memperoleh pengetahuan. Demikian pula teman sebaya yang
memiliki keterampilan lebih akan membantu anak-anak belajar melalui pemberian
contoh dan percakapan.
Menurut Vygotsky, apa
yang dapat anak-anak lakukan dengan bantuan orang lain dapat memberikan
gambaran akurat tentang kemampuan anak daripada bila ia melakukannya sendiri.
Bermain dengan anak atau orang lain memberikan kesempatan pada anak untuk
menanggapi saran-saran, komentar, pertanyaan, tindakan, dan contoh-contoh dari
orang tersebut.
IMPLIKASI
DALAM PEMBELAJARAN
Pembelajaran
akan lebih efektif tatkala seorang guru mengajar dengn menggunakan teori
vygotsky sebagai landasan, bentuk pembelajaran yang dimaksud adalah :
a. Sebelum
mengajar, seorang guru hendaknya dapat memahami ZPD siswa batas bawah sehingga
bermanfaat untuk menyusun struktur mteri pembelajaran. Implikasinya guru lebih
akuat tatkala menyusun strategi mengajarnya, sehingga tidak melulu selalu
memberikan bimbingan kepada siswa. Dampak pengiringnya adalah siswa dapat
belajar sampai tingkat keahlian yang diharapkan dan mencapai ZPD pada batas
atas.
b. Untuk
mengembangkan pembelajaran yang komunitas seorang guru perlu memanfaatkan tutor
sebaya didalam kelas.
c. Dalam
pembelajaran seorang guru hendaknya menggunakan teknik scaffolding dengan
tujuan siswa dapat belajar atas inisiatifnya sendiri, sehingga mereka dapat
mencapai keahlian pada batas atas ZPD.
D.
Perkembangan
Bahasa Menurut Pandangan Chomsky
Sebelum
Chomsky dikenal, kebanyakan orang percaya kepada temuan teori belajar bahasa
bahwa Brown yang disebut ‘gudang penyimpanan’ anak-anak mengimitasi orang lain
dan memperoleh sejumlah besar kalimat yang mereka simpan di kepala mereka.
Kemudian mereka mencapai penyusunan kalimat yang tepat saat kejadian-kejadian
tertentu muncul ( Brown dan Herrnstein, 1975, h.444)
Chomsky
sebnaliknya membuktikan kalau pandangan ini tidak tepat. Manusia tidak hanya
belajar sejumlah kalimat, karena secara rutin kita selalu menciptakan
kalimat-kalimat baru.
Perkembangan
bahasa dalam psikolinguistik diartikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa,
menyusun tatabahasa dari ucapan-ucapan, memilih ukuran penilaian tatabahasa
yang paling tepat dan paling sederhana dari bahasa tersebut (Tarigan, 1986:243)
Chomsky
telah memutuskan penilitiannya kepada aturan-aturan untuk membuat transformasi
kalimat, seperti saat kita mengubah sebuah kalimat pernyataan menjadi kalimat
pertanyaan.
Chomsky
sendiri mengamati anak tidak secara tidak langsung. Namun kita bias
mengilustrasikan kemampuan linguistic anak dengan beberapa temuan Roger Brown
(1973) yang sangat terinspirasikan oleh Chomsky. Brown merekam di sebuah kaset
beberapa ucapan anak-anak secara diam-diam selama beberapa tahun dan menemukan
di antara hal-hal yang lain, bagaimana
mereka memulai membuat transformasi kalimat dengan apa yang disebut questions tag.
Chomsky
sudah menginspirasi banyak peneliti, para ahli psikolinguistik khususny, untuk
mempelajari perkembangan bahasa anak-anak secara lebih mendetail. Berikuti ini
beberapa tahap perkembangan bahasa secara universal:
1.
Bahasa Awal
Tahap awal perkembangan
bahasa dimulai sejak lahir. Pada bayi yang baru lahir sudah menunjukan
gerakan-gerakan tubuh yang sangat halus sebagai atas respon yang didengarnya
sebagai respon kepada ucapan-ucapan, dan gerakan mereka menjadi beragam sesuai
ikatan suara dan kata-kata dari ucapan tersebut.
2.
Tahap pralinguistik
Pada tahap ini anak
mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi
komunikatif, sebagai reaksi terhadap orang lain yang mencari kontak verbal
dengan anak tersebut atau sebaliknya (Monks, 1989:137)
3.
Pengucapan satu-kata
Pada usia sekitar satu
tahun anak mulai memproduksi kata tunggal untuk mengekspresikan seluruh
kalimat.
4.
Pengucapan dua-kata
Pada usia 1-2 tahun
seorang anak sudah mulai mengucapkan dua kata secara bersamaan dan bahasa
mereka menunjukan struktur tertentu.
5.
Pengembangan gramatika
Diusia dua sampai tiga
tahun anak mulai meletekan tiga atau lebih kata secara bersamaan.
6.
Mendekati gramatika orang dewasa
Anak pada usia 5-9
tahun sudah menguasai perkembangan bahasa yang cukup kompleks, namun belum
mampu menyusun kalimat pasif yang kompleks.
7.
Tahap kompetensi lengkap
Pada usia 11-dewasa
pembendaharaan kata semakin meningkat, sehingga kecapakan berkomunikasi semakin
baik dan fasih.
Kemampuan
Berbahasa dan Berpikir
Berpikir
merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat pribadi yang berlangsung
selama terjadinya stimulus sampai dengan munculnya respons (Morgan, 1989:228)
Dalam
aktivitas berpikir di dalamnya melibatkan bahasa. Berpikir merupakan percakapan
dalam hati inner speech (Morgan,
1989:231). Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan berpikir mengekspresikan
hasil pemikiran tersebut.
Karakteristik
Perkembangan Bahasa
Karakteristik
perkembangan bahasa tidak jauh dari apa yang telah dijelaskan diatas, sehingga
kita menengok kembali pada pembahasan tersebut.
Implikasi
Dalam Pembelajaran
Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, diantaranya
adalah:
a. Mengupayakan
lingkungan yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perkembangan
bahasa secara optimal.
b. Pengenalan
sejak dini terhadap lingkungan yang memiliki variasi kemampuan bahasa pada anak
sangat diperlukan untuk mengacu perkembangan bahasanya.
c. Mengembangkan
strategi untuk mempermudah penguasaan bahasa, antara lain: cara untuk
memudahkan mengingat, meniru, mengalami langsung, bermain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah
produk dari proses biologis, kognitif, dan sosioemosional, yang sering kali
saling terkait. Periode perkembangan mencakup bayi, anak-anak awal, menengah
dan akhir, remaja, dan dewasa awal. Jean Piaget mengajukan teori tentang
perkembangan kognitif anak yang melibatkan proses-proses penting: skema,
asimilasi, akomodasi, organisasi, ekuilibrasi. Dalam teorinya, perkembangan
kognitif terjadi dalam urutan empat tahap, yaitu sensori motor (dari kelahiran
hingga usia 2 tahun), pra-operasional (3-7 tahun), operasional konkret (7-11
tahun), dan operasional formal (11-15 tahun). Pada masing-masing tahap
mengalami kemajuan secara kualitatif. Di sisi lain, Lev Vygotsky mengemukakan
teori tentang perkembangan kognitif. Vygotsky menekankan bahwa keahlian
kognitif perlu diinterpretasikan secara developmental, dimediasi oleh bahasa,
dan punya asal-usul dari relasi sosial dan kultur.
Bruner
menyatakan teori perkembangan kognitif seseorang ditandai oleh meningkatnya
variasi respon terhadap stimulus. Dimana perkembangan kognitif seseorang
berkembang dari tahap enaktif ke ikonik dan pada akhirnya ke simbolik.
Berkaitan dengan hal tersebut, Chomsky menyatakan bahwa bahasa adalah bentuk
komunikasi, entah itu lisan, tertulis atau tanda, yang didasarkan pada sistem
simbol. Secara biologis, anak-anak sudah disiapkan untuk belajar bahasa saat
mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Adapun penguasaan bahasa akan
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan diri individu itu sendiri
yang dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Crain, W.C. (1985). Theories of Development, Concepts and Aplications 3th
Edition. New Jersey: Prentice-Hall.
Santrock, John.W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi
2. Jakarta: Prenada Group.
Rifa’I, A., Anni C.T. 2009. Psikologi Pendidikan.
Semarang: UNNES Press.
Perkembangan Kognitif dan Bahasa
Reviewed by Unknown
on
Monday, April 09, 2012
Rating:
No comments:
Post a Comment