Recent Post By Lable

Mu-Sha Friends

Menggapai Langit Tertinggi



Adi adalah seorang anak yang tangguh dan berani. Dia berasal dari keluarga yang tidak mampu. Namun dia adalah salah satu orang yang ada di dunia ini yang memiliki semangat hidup untuk mencari kesuksesan. Kesehariannya dia bekerja sebagai peloper koran di jalanan. Memang hasilnya tidak seberapa, namun paling tidak bisa meringankan beban orang tuanya untuk membiayainya sekolah.
Adi tak pernah luput dari ejekan temannya di sekolah, karena pakaian yang dikenakannya kotor dan kusut. Namun Adi tidak pernah menghiraukannya. Adi juga pernah dilempari dengan kaleng bekas minuman oleh teman sekelasnya waktu pulang dari sekolah, bahkan sampai keningnya berdarah. Untungnya masih ada Rani yang baik hati mau menolongnya dan mengantarkannya ke rumah. Rani pun  terkejut ketika dia sampai di rumah Adi. Ternyata dari sesosok Adi yang tergolong anak pintar, rumah untuk belajarnya hanya berdiri dari beberapa anyaman bambu.
Dengan semangatnya, setiap pagi Adi selalu membantu Ibunya membuat kue untuk dijajakan keliling. Sampai-sampai ibunya kuatir jika mimpinya untuk menjadi seorang insinyur tidak pernah tercapai. Kerap kali ibu Suriyah menangis di malam hari ketika ia berdoa kepada Tuhan. Ibu Suriyah selalu memohon kepada Tuhan, supaya anaknya yang semata wayang itu diberi nasib yang lebih baik darinya.
Seperti biasa, sebelum berangkat sekolah. Adi meloper Koran di jalan-jalan. Sehingga sering kali Adi terlambat sampai di sekolah. Dia juga sering mendapat teguran dari gurunya supaya tidak terlambat terus-menerus.  Tapi para guru belum tahu yang sebenarnya kehidupan yang dijalani Adi itu seperti apa. Setelah berbulan-bulan Adi sering terlambat masuk sekolah. Dari pihak sekolahpun berencana akan mengeluarkan Adi. Adi mendapat surat dari sekolah untuk diberikan kepada ibunya.
Bel berakhirnya pelajaran terakhirpun berbunyi, kemudia Adi pulang dan memberikan surat yang didapatnya dari sekolah. Berhubung Ibu Suriyah tidak bisa membaca, dia menyuruh Adi untuk membacakannya. Setelah diketahui isi surat itu, Adi dan ibunya menangis.
Keesokan harinya ibu Suriyah menemui Ibu Mawarni selaku wali kelas 8 dengan raut muka yang takut dan sedih. Ibu Suriyah mendengar penjelasan dari ibu Mawarni yang hanya menjalankan perintah dari sekolah saja. Ibu Mawarni memberitahukan kepada Ibunya Adi, kalau dia akan dikeluarkan dari sekolah kalau dia terlambat terus ke sekolah.
Ibu Suriyah semakin sedih ketika mendengar penjelasan dari ibu Mawarni. Dia menangis didepan ibu Mawarni sambil memohon supaya anaknya semata wayang itu tidak di keluarkan dari sekolah. Ibu Suriyah menjelaskan kepada Ibu Mawarni mengenai kehidupan yang sebenarnya dijalani oleh Adi. Namun apa daya ibu Mawarni hanya menjalankan perintah, jadi dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Semenjak pertemuan itu, Adi sudah tidak jualan lagi. Dan kini dia tidak terlambat masuk sekolah. Namun disamping itu, Ibu Suriyah harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sekolah Adi.
Karena kondisi Ibu Suriyah yang mempunyai penyakit kambuhan, dia selalu terlihat lesu ketika dia pulang dari jualan. Dan Adi tidak bisa berbuat banyak. Aktifitas seperti itupun sudah berlanjut beberapa hari. Dan disuatu pagi hari, ketika Adi terbangun dan bersiap-siap membangunkan Ibunya untuk membuat adonan kue. Ternyata tubuh Ibu Suriyah sudah panas tinggi.
Semenjak itu, Adi pun tidak pernah berangkat ke Sekolah lagi, karena merawat ibunya yang sedang sakit. Dan menggantikan ibunya berjualan kue untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Dan suatu ketika Adi mau berjualan di desa seberang. Dia terserempet kendaraan bermotor saat dia mau menyebrangi jalan. Tapi demi membantu ibunya, dia tanpa patah semangat melanjutkan berdagang. Meskipun sekujur tubuhnya penuh luka-luka.
Di desa seberang itu terdapat sebuah pasar, di sanalah Adi keliling-keliling menjajakan kue yang dibuatnya. Tak lama kemudian, dari kejauhan ada yang meneriaki Adi yang ingin membeli kuenya. Langsung saja Adi berjalan mendekati orang itu. Tapi ketika Adi melayani pembeli itu. Tiba-tiba Adi melihat seorang pria yang mengambil dompet seorang bapak yang ditaruh di sak belakang. Karena jaraknya yang sangat jauh tanpa pikir panjang dia meninggalkan jajanannya dan berari mengejar pencopet itu sambil teriak copet-copet. Dan seketika, bapak yang kecopetan itu ikut lari mengejar pencopet itu.
Setelah sekian lama terjadi kejar-lari, pencopet itu akhirnya tertanggap juga. Dan dompet pun kembali dengan isi yang masih lengkap. Kemudian bapak yang kecopetan itu mengambil beberapa lembar uang yang ada di dompetnya dan diberikan kepada Adi. Namun Adi melakukan semua itu tanpa ada maksud apapun, jadi dia pun menolak pemberian itu meskipun bapak itu sudah memaksanya.
Sialnya lagi, setelah Adi kembali ke tempat jajanan yang ditinggalkannya. Kue-kuenya sudah tidak ada semua, hanya tersisa uang pembayaran yang didapatnya setelah berjualan. Adi pun langsung bergegas pulang hanya dengan beberapa sepeser uang yang ada sakunya. Karena hari sudah siang, dan tiba saatnya untuk makan siang. Maka Adi pergi mencari nasi bungkus untuk dibawa pulang. Namun dengan beberapa uang yang didapatnya itu, Adi hanya bisa membeli satu bungkus saja, yang nantinya akan diberikan kepada ibunya yang sedang sakit dirumah.
Sesampainya dirumah, Adi langsung menyiapkan perlengkapan. Namun, ketika Adi masuk kamar Ibunya, Ibu Suriyah terkejut ketika melihat tubuh Adi penuh dengan luka-luka. Tapi tanpa pikir panjang, Adi langsung menjelaskan kejadiannya yang sebenarnya, dan sebenarnya luka yang ada di tubuh Adi hanya luka ringan.
Adi pun mulai menyuapi ibunya. Sambil makan, ibu Suriyah bertanya kepada Adi sudah makan apa belum. Adipun menjawab sudah, yang sebenarnya dia belum makan sama sekali sejak pagi. Karena uang yang didapatnya hanya cukup untuk membelui satu bungkus makanan. Adi beralasan seperti itu, supaya ibunya tidak kepikiran tentang dirinya itu.
Dua minggu pun berlalu, dan kini dari pihak sekolah mulai penasaran dengan keberadaan Adi yang sebenarnya. Kemudian, kepala sekolah memerintahkan ibu Mawarni untuk menyelidikinya. Ibu Mawarni menanyai semua teman-teman sekelasnya Adi mengenai keberadannya sekarang. Namun tak satupun dari merka yang mengetahui kabar dari Adi. Langsung saja, Rani mengangkat tangannya dan mengatakan kalau di tahu tempat tinggal Adi.
Jadi, keesokan harinya setelah pulang sekolah ibu Mawarni, Rani dan Pak Jordan pergi bersama-sama ke rumah Adi yang berlokasi di dekat pemukiman kumuh. Sesampainya dirumah Adi, ternyata Adinya tidak ada, dan hanya ada ibu Suriyah saja yang ada dirumah. Karena saking penasarnannya ibu Mawarni dengan apa yang dilakukan Adi. Maka mereka bertiga memutuskan untuk menunggu di rumahnya ibu Suriyah. Setelah terjadi perbincangan yang sangat panjang, dari kejauhan terlihat Adi yang sedang berjalan menuju rumahnya.
Pak Jordan pun terkejut ketika Adi sudah tidak jauh lagi dari rumahnya. Ternyata, sesosok anak yang menolongnya tempo hari ketika pak Jordan kecopetan di pasar adalah Adi, teman sekelas Rani. Dia tidak menyangka, kalau masih ada anak yang jujur, baik hati, dan patuh dengan orang tuannya. Bahkan dia rela tidak masuk sekolah demi membantu ibunya bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Setelah Adi tiba di rumahnya, ibu Mawarni langsung berbincang-bincang dengan Adi mengenai kelanjutan Adi sekolah. Adi pun menegaskan kepada ibu Mawarni mengenai keinginnannya bersekolah setingi mungkin selama dia masih bisa. Namun apa daya, Adi hanyalah seorang anak dari keluarga miskin yang sehari-harinya saja makan hanya satu kali. Adi menjelaskan kepada ibu Mawarni mengenai impiannya yang ingin menjadi seorang insinyur. Namun dengan kondisinya seperti itu, dia hanya bisa berangan-angan saja. Dan dia harus bekerja keras membantu ibunya mencari nafkah semenjak ayahnya meninggal sewaktu Adi masih kecil.
Mendengar cerita Adi, ibu Mawarni langsung menangis di hadapan ibu Suriyah. Dia tidak menyangka bahwa seberat itu kehidupan yang harus dijalani Adi. Mengingat dia masih anak kecil, yang sebenarnya kehidupan seperti itu tidak wajar untuk ditanggungnya seorang diri.
Pak Jordan langsung saja meminta izin ibu Suriyah, untuk mengangkat Adi sebagai anak angkatnya. Mengingat dulu pak Jordan pernah di tolong oleh Adi, dan itu merupakan bentuk balas budi yang hanya bisa pak Jordan berikan kepadanya. Dan pak Jordan juga akan membiayai pendidikan Adi sampai selesai, tidak hanya itu. Kebutuhan Adi dan ibu Suriyah akan ditanggung oleh pak Jordan.
Sebenarnya ibu Suriyah malu mendengengar tawaran dari pak Jordan, karena ibu Suriyah menganggap itu semua terlalu berlebihan. Namu apa boleh buat, demi anak semata wayangnya itu, ibu Suriyah menerima tawaran pak Jordan dengan linangan air mata yang membasahi pipi ibu Suriyah, dan ibu Suriyah tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada pak Jordan. Dan dia berdoa, semoga semua kebaikan pak Jordan yang diberikan kepadanya di balas oleh Tuhan suatu saat nanti.
Dan keesokan harinya Adi sudah mulai sekolah lagi, tentu dengan pakaian yang bagus dan bersih. Teman-temannya pun iri dan menuduhnya bajunya hasil curian, namun Rani langsung membantahnya, dan mengatakan kalau Adi mulai sekarang adalah saudaranya.
Satu minggupun berlalu, Adi dan Rani dipilih dari pihak sekolah untuk mengikuti perlombaan debat bahasa inggris. Setelah tiga minggu berlalu, perlombaan pun tiba. Dan akhirnya Adi menjadi juara 2 dan Rani berada di posisi 4. Namun hal itu tidak membuat patah semangat mereka, karena itu merupakan hasil kerja keras mereka selama ini. Dan kepala sekolah pun bangga kepada mereka, karena bisa mengangkat nama baik sekolah mereka. Dua kandidiat yang dicalonkan, berhasil masuk lima besar.
Tahun-tahun telah berlalu, kini setelah Adi lulus dari SMA, dia mendapat beasiswa ke luar negeri. Dia masuk disalah satu universitas terkemuka yang ada di Amerika. Disana Adi belajar dengan  sangat tekun dan pada akhirnya setibanya waktu kelulusan. Dia lulus dengan predikat yang sangat baik dan kumlaud.
Setelah lulus, Adi mendapat panggilan kerja di Jerman. Di salah satu perusahaan penerbangan yang ada di jerman. Pertama kali surat panggilan itu dating yang membaca ibunya. Karena, semua dokumen pendidikannya dialamatkan di rumahnya yang lama.
Meskipun dia berhasil meraih mimpi-mipminya. Dia tidak pernah lupa akan masa-masanya yang pernah dijalaninya dulu. Adi pun semakin sukses dengan karirnya. Dan dia sudah mampu membeli rumah sendiri dan untuk ibunya. Dan dia masih memiliki mimpi lain yang ingin dicapainya, Adi ingin sekali menunaikan ibadah haji bersama Ibunya.


--- SELESAI ---
Menggapai Langit Tertinggi Menggapai Langit Tertinggi Reviewed by Unknown on Tuesday, September 25, 2012 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.